Tempat Makan Sroto Bajar dan Berwisata di Dataran Tinggi Dieng
Yap, libur lebaran dan semester telah
tiba dan ini lah yang ditunggu para mahasiswa seantero dunia (agak lebay sih
ya). Tapi memang inilah moment untuk reflashing yang ditunggu oleh saya dan
juga yang lain. Pada tanggal 17 Agustus 2012 saya dan keluarga melakukan
perjalanan ke kampung halaman yaitu ke purwokerto tepatnya di Purbalingga,
akhirnyaaaaa pulang kampung juga setelah sekian lama :D
Saat berada di kampung halaman yang
paling saya tunggu-tunguu makanan disana adalah Sroto Banjar. Sroto banjar
sendiri merupakan makanan khas purwokerto, bedanya dengan soto-soto yang lain,
sroto banjar ini memakai sambal kacang yang di tumpahkan ke dalam mangkok yang
isinya ada toge kecil, daun bawang, ketupat bihun daging sapi atau pun ayam dan
disiram dengan kuah kaldu dan ditambah dengan krupuk. Kelezatan sroto Banjar
itu engga bisa dilukiskan oleh kata-kata. Mungkin di purwokerto banyak tempat
makan yang menyuguhi sroto ini, namun yang paling enak menurut saya itu di
rumah makan sederhana milik HJ. Suryati dengan nama terkenalnya yaitu sroto
Banjar pangadilan. Alamat tempat makan ini ada di jalan pangadilan, purbalingga
purwokerto.
Kekhasan sroto di tempat ini ada di
sambalnya, mungkin ada bumbu rahasianya yang menjadikan sroto ini menjadi enak
luar biasa seperti itu. Selain enak sroto ini juga murah yaitu dengan harga Rp
20000 anda sudah bisa menikmati kelezatan sroto banjar ini dan paling penting
adalah tempat makan ini bersih. Biasanya kalau saya dan keluarga sedang berada
di kampung halaman, dapat dipasti kan hampir setiap hari kami menyempatkan
waktu untuk makan disini, walaupun tempatnya agak jauh dari rumah eyang saya. Dan
tak pernah bosan untuk makan sroto banjar ini :D Suami dari sepupu saya aja
sampai ketagihan makannya, biasanya dia pesen langsung dua piring, dan pasti
kalau libur lebaran dia nyempatin diri mampir kesana, padahal kampungnya dia
ada dikuningan jawa barat. Oh iya, perlu diketahui kalau tempat makan sroto
banjar ini tidak melayani yang namanya bungkusan! Atau dibungkus untuk dibawa
kerumah. Karena saking ramainya setiap saat jadi karyawannya ga sempet untuk
bungkus membungkus. Tapi sayangnya saya tidak tahu transportasinya apa, yang
saya tahu biasanya para pembeli naik motor atau mobil pribadi. Udahan dulu yuk
cerita tentang sroto banjar pangadilannya, pokoknya jangan lupa ya kalau lagi
ke purwokerto nyobain sroto khasnya. Dan cobain tempat rekomendasi yang sudah
saya berikan :D
Sekarang lanjut cerita tempat wisata
Dataran tinggi Dieng \( ‘ v ’ )/ yak setalah 4hari di kampung halaman saatnya
pergi ke dieng, tepatnya pada tanggal 22 agustus 2012, pukul 09.00 dan bersama
para sepupu-sepupu. Sebelumnya saya memang belum pernah ke dieng dan karena
itulah saya sangat bersemangat untuk melakukan perjalanan. Dan perlu diketahui
rencana ke dieng ini sangatlah mendadak dan sangat minim persiapan. Tapi dengan
tekat yang kuat kami tetap jalan (hahaha).
Didalam perjalanan sebenarnya tak
banyak yang saya lihat karena di dalam perjalanan saya tertidur dan
bangun-bangun saat kami sudah sampai di pintu masuk dataran tinggi dieng. Saya pikir
setelah melewati pintu masuk, tak lama kami sampai tempat tujuan, tapi ternyata
perkiraan saya salah. Setelah melewati pintu masuk ternyata kami masih harus
melewati jalan yang berkelok-kelok, seperti jalanan meuju puncak. Mobil yang
kami kendarai saja sudah hampir menyerah karena terjalnya jalanan yang kami
lewati. Selama perjalanan sudah banyak mobil yang mogok akibat terjalnya jalan.
Tadinya kami pun ingin balik lagi ke rumah tapi karena sudah ssetengah
perjalanan akhirnya kami mgurungkan niat untuk pulang. Jalan yang terjel
terbayarkan dengan pemandangan yang sangat inda. Sepanjang jalan dan sepanjang gunung-gunung
yang saya lihat banyak sekali ladang pohon tembakau, cabe khas dieng, pepaya
kecil sayur mayur dan lain-lain.
Setelah
perjalanan yang panjang dan terjal akhirnya kami sampai di bougenvil homestay. Mayoritas
tempat penginapan di Dataran Tinggi Dieng berbentuk homestay di rumah-rumah
penduduk. Salah satunya adalah Bougenvil Homestay. Dikamar tidur terdapat bed
besar yang nyaman dan dilengkapi dengan kamar mandi dalam dan TV. Sebuah ruang
keluarga dengan balkon menghadap deretan perbukitan untuk tempat bersantai.
Secara keseluruhan tempat ini bersih, nyaman dan pemiliknya juga ramah. Dari
Bougenvil Homestay ini, Candi Arjuna bisa dicapai dengan 5 menit berjalan kaki.
Homestay telah didapat dan kami pun langsung mengisi perut di angkringan makanan
khas dieng, tempat makan ini berada tidak jauh dari tempat kami menginap.
Makanan
khas dieng yang kami pesan adalah mie ongklok. Mie ongklok ini tidak beda jauh
dengan mie-mie lainnya, hanya saja bedanya pada kuahnya, kuah mie ongklok ini
berwarna coklat dan kental. Dan disajikan dengan sate sapi dan tempe kemul. Harga
satu porsinya Rp 16000. Mie ongklok ini sebenarnya nikmat disantap pada malam
hari, karena sensasi dari asap yang mengebul memberikan sensai yang berbeda
kalau dimakan pada siang hari.
Mengisi
perutpun sudah, kami langsung bergegas ke candi arjuna yang tak jauh dari dari
tempat kami makan tadi, yaa sekitar 5 menit sampai. Ternyata candi arjuna
sangatlah ramai, baik karena wisatawan maupun penduduk lokal, mungkin karena
bertepatan dengan liburan. Tiket masuk yang harus dibayar sebesar Rp 15000. Didalam
komplek candi ini terdapat 5 candi yang usianya sudah seribu tahun lamanya.
Kompleks
candi ini pertama kali ditemukan oleh seorang tentara Inggris bernama Van
Kinsbergen pada tahun 1814. Berbeda dengan candi-candi lain yang sebagian besar
ditemukan terpendam di dalam tanah, candi-candi di dataran tinggi Dieng ini
pada waktu itu terendam air rawa-rawa. Proses pengeringan dimulai lebih dari 40
tahun kemudian. Candi-candi ini kemudian diberi nama sesuai dengan nama-nama
tokoh pewayangan oleh penduduk sekitar. Candi utamanya adalah Candi Arjuna,
yang berhadapan dengan candi berbentuk memanjang dengan atap limasan yang
sering disebut sebagai Candi Semar.
Di sebelah kirinya berdiri berjajar
Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi Puntadewa memiliki
bentuk yang hampir mirip dengan Candi Arjuna, sementara Candi Srikandi dan
Candi Sembadra sedikit lebih kecil dan pendek. Berdasarkan cerita penduduk
sekitar, Candi Puntadewa berada di tengah-tengah Srikandi dan Sembadra sebagai
penengah bagi kedua kakak beradik yang sama-sama menjadi istri dari Arjuna
tersebut. Tak lupa kami berfoto-foto disana sebagai kenang kenangan. Setelah puas
menikmati indahnya memandangan di komplek candi kami pun pulang dan
beristirahat.
Sesampainya di homestay sekitar pukul
17.30 udara dingin pun mulai terasa. Sampai mandi aja males banget walaupun ada
air hangatnya, alhasil kami tak mandi :D semakin malam semakin dingin, suhu
udaranya ternyata samapai -5 drajat celcius, namun hal ini sangatlah
mengasikan. Lama kelaamaan kami pun tertidur akibat kelehan. Keesokan paginya
sekitar pukul 03.30 kami bangun dan bersiap untuk mendaki gunung sikunir,
yuhuuuuuu i coming sunrise. Oke, baju tebal sudah, jaket sudah, sarungtangan
sudah, kaos kaki sudah dan sepatu tidak ada K alhasil naik gunung pake sandal jepit! Hahaha. Semua persiapan
sudah lengkap daaaaan yuks berangkat.
Perjalanannya
sekitar 1jam dari penginapan, dan akhirnya sampai di area gunung sikunir. gunung
sikunir ini tingginya 2350 meter dpl dengan suhu udara 4 derajat celcius. Di dalam
perjalanan menuju puncak subahanallah pemandangannya indah banget, tak
henti-henti memberikan pujian kepada penciptanya. Di tengah perjalanan ketika
melihat alam sekitar kabut atau awan yang belum turun ke dataran yang lebih
rendah sangatlah indah. Awan yang berwarna putih dengan langit yang masih
coklat ke orangean, perpaduan yang sangatlah mempesona mata kita. Pantas saja
banyak touris yang datang, kalau pemandangannya seperti ini siapa yang tidak
terperangah coba.
Akhirnya
berhasil juga sampai ke puncak. Pemandangan yang terhampar di depan sungguh
sangat menakjubkan. Lembah yang masih gelap nun jauh di bawah sana nampak
berkelap-kelip dengan lampu-lampu yang menyala di desa-desa kecil yang tersebar
diantaranya. Gunung Sindoro berdiri kokoh di depan mata. Hamparan awan dan
kabut di bawah kami memberikan kesan bahwa kami benar-benar berada di negeri di
atas awan. Bentangan langit cerah dengan ribuan bintang semakin menambah
keindahan suasana. Bila cuaca cerah, dari puncak Sikunir ini akan terlihat
Gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu, Merapi dan Ungaran. Dalam kesempatan ini pun
kami tak lupa berfoto-foto :D
Sekian
cerita saya, terimakasih J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar