Sabtu, 13 Oktober 2012

wisata


Tempat Makan Sroto Bajar dan Berwisata di Dataran Tinggi Dieng
          Yap, libur lebaran dan semester telah tiba dan ini lah yang ditunggu para mahasiswa seantero dunia (agak lebay sih ya). Tapi memang inilah moment untuk reflashing yang ditunggu oleh saya dan juga yang lain. Pada tanggal 17 Agustus 2012 saya dan keluarga melakukan perjalanan ke kampung halaman yaitu ke purwokerto tepatnya di Purbalingga, akhirnyaaaaa pulang kampung juga setelah sekian lama :D
          Saat berada di kampung halaman yang paling saya tunggu-tunguu makanan disana adalah Sroto Banjar. Sroto banjar sendiri merupakan makanan khas purwokerto, bedanya dengan soto-soto yang lain, sroto banjar ini memakai sambal kacang yang di tumpahkan ke dalam mangkok yang isinya ada toge kecil, daun bawang, ketupat bihun daging sapi atau pun ayam dan disiram dengan kuah kaldu dan ditambah dengan krupuk. Kelezatan sroto Banjar itu engga bisa dilukiskan oleh kata-kata. Mungkin di purwokerto banyak tempat makan yang menyuguhi sroto ini, namun yang paling enak menurut saya itu di rumah makan sederhana milik HJ. Suryati dengan nama terkenalnya yaitu sroto Banjar pangadilan. Alamat tempat makan ini ada di jalan pangadilan, purbalingga purwokerto.
          Kekhasan sroto di tempat ini ada di sambalnya, mungkin ada bumbu rahasianya yang menjadikan sroto ini menjadi enak luar biasa seperti itu. Selain enak sroto ini juga murah yaitu dengan harga Rp 20000 anda sudah bisa menikmati kelezatan sroto banjar ini dan paling penting adalah tempat makan ini bersih. Biasanya kalau saya dan keluarga sedang berada di kampung halaman, dapat dipasti kan hampir setiap hari kami menyempatkan waktu untuk makan disini, walaupun tempatnya agak jauh dari rumah eyang saya. Dan tak pernah bosan untuk makan sroto banjar ini :D Suami dari sepupu saya aja sampai ketagihan makannya, biasanya dia pesen langsung dua piring, dan pasti kalau libur lebaran dia nyempatin diri mampir kesana, padahal kampungnya dia ada dikuningan jawa barat. Oh iya, perlu diketahui kalau tempat makan sroto banjar ini tidak melayani yang namanya bungkusan! Atau dibungkus untuk dibawa kerumah. Karena saking ramainya setiap saat jadi karyawannya ga sempet untuk bungkus membungkus. Tapi sayangnya saya tidak tahu transportasinya apa, yang saya tahu biasanya para pembeli naik motor atau mobil pribadi. Udahan dulu yuk cerita tentang sroto banjar pangadilannya, pokoknya jangan lupa ya kalau lagi ke purwokerto nyobain sroto khasnya. Dan cobain tempat rekomendasi yang sudah saya berikan :D
          Sekarang lanjut cerita tempat wisata Dataran tinggi Dieng \( ‘ v ’ )/ yak setalah 4hari di kampung halaman saatnya pergi ke dieng, tepatnya pada tanggal 22 agustus 2012, pukul 09.00 dan bersama para sepupu-sepupu. Sebelumnya saya memang belum pernah ke dieng dan karena itulah saya sangat bersemangat untuk melakukan perjalanan. Dan perlu diketahui rencana ke dieng ini sangatlah mendadak dan sangat minim persiapan. Tapi dengan tekat yang kuat kami tetap jalan (hahaha).
          Didalam perjalanan sebenarnya tak banyak yang saya lihat karena di dalam perjalanan saya tertidur dan bangun-bangun saat kami sudah sampai di pintu masuk dataran tinggi dieng. Saya pikir setelah melewati pintu masuk, tak lama kami sampai tempat tujuan, tapi ternyata perkiraan saya salah. Setelah melewati pintu masuk ternyata kami masih harus melewati jalan yang berkelok-kelok, seperti jalanan meuju puncak. Mobil yang kami kendarai saja sudah hampir menyerah karena terjalnya jalanan yang kami lewati. Selama perjalanan sudah banyak mobil yang mogok akibat terjalnya jalan. Tadinya kami pun ingin balik lagi ke rumah tapi karena sudah ssetengah perjalanan akhirnya kami mgurungkan niat untuk pulang. Jalan yang terjel terbayarkan dengan pemandangan yang sangat inda.  Sepanjang jalan dan sepanjang gunung-gunung yang saya lihat banyak sekali ladang pohon tembakau, cabe khas dieng, pepaya kecil sayur mayur dan lain-lain.
          Setelah perjalanan yang panjang dan terjal akhirnya kami sampai di bougenvil homestay. Mayoritas tempat penginapan di Dataran Tinggi Dieng berbentuk homestay di rumah-rumah penduduk. Salah satunya adalah Bougenvil Homestay. Dikamar tidur terdapat bed besar yang nyaman dan dilengkapi dengan kamar mandi dalam dan TV. Sebuah ruang keluarga dengan balkon menghadap deretan perbukitan untuk tempat bersantai. Secara keseluruhan tempat ini bersih, nyaman dan pemiliknya juga ramah. Dari Bougenvil Homestay ini, Candi Arjuna bisa dicapai dengan 5 menit berjalan kaki. Homestay telah didapat dan kami pun langsung mengisi perut di angkringan makanan khas dieng, tempat makan ini berada tidak jauh dari tempat kami menginap.
          Makanan khas dieng yang kami pesan adalah mie ongklok. Mie ongklok ini tidak beda jauh dengan mie-mie lainnya, hanya saja bedanya pada kuahnya, kuah mie ongklok ini berwarna coklat dan kental. Dan disajikan dengan sate sapi dan tempe kemul. Harga satu porsinya Rp 16000. Mie ongklok ini sebenarnya nikmat disantap pada malam hari, karena sensasi dari asap yang mengebul memberikan sensai yang berbeda kalau dimakan pada siang hari.
          Mengisi perutpun sudah, kami langsung bergegas ke candi arjuna yang tak jauh dari dari tempat kami makan tadi, yaa sekitar 5 menit sampai. Ternyata candi arjuna sangatlah ramai, baik karena wisatawan maupun penduduk lokal, mungkin karena bertepatan dengan liburan. Tiket masuk yang harus dibayar sebesar Rp 15000. Didalam komplek candi ini terdapat 5 candi yang usianya sudah seribu tahun lamanya.      
          Kompleks candi ini pertama kali ditemukan oleh seorang tentara Inggris bernama Van Kinsbergen pada tahun 1814. Berbeda dengan candi-candi lain yang sebagian besar ditemukan terpendam di dalam tanah, candi-candi di dataran tinggi Dieng ini pada waktu itu terendam air rawa-rawa. Proses pengeringan dimulai lebih dari 40 tahun kemudian. Candi-candi ini kemudian diberi nama sesuai dengan nama-nama tokoh pewayangan oleh penduduk sekitar. Candi utamanya adalah Candi Arjuna, yang berhadapan dengan candi berbentuk memanjang dengan atap limasan yang sering disebut sebagai Candi Semar.
          Di sebelah kirinya berdiri berjajar Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi Puntadewa memiliki bentuk yang hampir mirip dengan Candi Arjuna, sementara Candi Srikandi dan Candi Sembadra sedikit lebih kecil dan pendek. Berdasarkan cerita penduduk sekitar, Candi Puntadewa berada di tengah-tengah Srikandi dan Sembadra sebagai penengah bagi kedua kakak beradik yang sama-sama menjadi istri dari Arjuna tersebut. Tak lupa kami berfoto-foto disana sebagai kenang kenangan. Setelah puas menikmati indahnya memandangan di komplek candi kami pun pulang dan beristirahat.
          Sesampainya di homestay sekitar pukul 17.30 udara dingin pun mulai terasa. Sampai mandi aja males banget walaupun ada air hangatnya, alhasil kami tak mandi :D semakin malam semakin dingin, suhu udaranya ternyata samapai -5 drajat celcius, namun hal ini sangatlah mengasikan. Lama kelaamaan kami pun tertidur akibat kelehan. Keesokan paginya sekitar pukul 03.30 kami bangun dan bersiap untuk mendaki gunung sikunir, yuhuuuuuu i coming sunrise. Oke, baju tebal sudah, jaket sudah, sarungtangan sudah, kaos kaki sudah dan sepatu tidak ada K alhasil naik gunung pake sandal jepit! Hahaha. Semua persiapan sudah lengkap daaaaan yuks berangkat.
          Perjalanannya sekitar 1jam dari penginapan, dan akhirnya sampai di area gunung sikunir. gunung sikunir ini tingginya 2350 meter dpl dengan suhu udara 4 derajat celcius. Di dalam perjalanan menuju puncak subahanallah pemandangannya indah banget, tak henti-henti memberikan pujian kepada penciptanya. Di tengah perjalanan ketika melihat alam sekitar kabut atau awan yang belum turun ke dataran yang lebih rendah sangatlah indah. Awan yang berwarna putih dengan langit yang masih coklat ke orangean, perpaduan yang sangatlah mempesona mata kita. Pantas saja banyak touris yang datang, kalau pemandangannya seperti ini siapa yang tidak terperangah coba.
          Akhirnya berhasil juga sampai ke puncak. Pemandangan yang terhampar di depan sungguh sangat menakjubkan. Lembah yang masih gelap nun jauh di bawah sana nampak berkelap-kelip dengan lampu-lampu yang menyala di desa-desa kecil yang tersebar diantaranya. Gunung Sindoro berdiri kokoh di depan mata. Hamparan awan dan kabut di bawah kami memberikan kesan bahwa kami benar-benar berada di negeri di atas awan. Bentangan langit cerah dengan ribuan bintang semakin menambah keindahan suasana. Bila cuaca cerah, dari puncak Sikunir ini akan terlihat Gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu, Merapi dan Ungaran. Dalam kesempatan ini pun kami tak lupa berfoto-foto :D
Sekian cerita saya, terimakasih J